Keberadaan perempuan di Bali perlu mendapatkan perhatian khusus.
Tidak hanya dalam keluarga, perempuan juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani mengatakan perempuan memiliki peran ganda yang harus dijalankan.
“Perempuan ini tidak hanya sebagai orang tua nantinya, tapi mereka juga di Bali itu juga berperan dalam budaya, kearifan lokal, tradisi,” kata Luh Ayu Aryani.
Keberadaan perempuan di Bali perlu mendapatkan perhatian khusus.
Tidak hanya dalam keluarga, perempuan juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani mengatakan perempuan memiliki peran ganda yang harus dijalankan.
“Perempuan ini tidak hanya sebagai orang tua nantinya, tapi mereka juga di Bali itu juga berperan dalam budaya, kearifan lokal, tradisi,” kata Luh Ayu Aryani.
“Memang terkadang dalam beberapa situasi perempuan dikatakan sebagai faktor utama dalam perkembangan anak.
Di sinilah diperlukan perhatian khusus bahwa bukan saja perempuan, tetapi peran orang tua yang artinya juga melibatkan sang ayah,” tambahnya.
Kesetaraan gender antara suami dan istri ini, harus seiring dan senada untuk mendidik anak-anak karena hal itulah yang dibutuhkan.
Kasus adanya penelantaran anak di Jalan Hayam Wuruk Denpasar, dapat menjadi cerminan bahwa masih ada keluarga yang tidak harmonis, bisa jadi bersumber dari ibu maupun ayah.
Diperkirakan Ayu hal ini karena status antara sang ibu dan anak belum sah menjadi suami istri, percekcokan, atau tidak adanya rasa tanggung jawab dari kedua belah pihak.
Namun terkadang yang menjadi pertanyaan adalah ibu dari bayi tersebut, padahal bayi itu juga memiliki ayah.
Di samping itu, Kadinsos P3A juga merasa perempuan riskan dengan kekerasan sehingga bisa mengakibatkan penelantaran anak.
Oleh karena itu, Dinsos P3A Provinsi Bali telah menyiapkan program pranikah yang merupakan bentuk pembinaan kepada calon orantua.
“Kami membentuk menyiapkan calon pasangan suami istri apabila nantinya punya anak, agar mereka mengetahui bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga bisa membentuk keluarga yang harmonis,” ujarnya.
Ayu melihat dewasa ini secara umum perempuan-perempuan di Bali ini sudah bertanggung jawab atas segala keputusannya.
Bahkan kerap dirinya merasa untuk mempertahankan keluarga, demi anak-anaknya meski mendapatkan kekerasan.
Mereka enggan untuk bercerai-berai karena posisi anak yang lebih penting daripada mereka.
Pihak Dinsos P3A sendiri telah melakukan berbagai upaya, dengan pembinaan-pembinaan yang ada demi masa depan perempuan.
“Kami menginginkan perempuan-perempuan di Bali itu dapat diperdayakan agar bisa menjadi perempuan yang mandiri. Dan apabila ada permasalahan yang menimpa mereka, mereka juga tidak akan putus asa atau sampai mengakhiri hidupnya,” tutur Ayu.
Mereka enggan untuk bercerai-berai karena posisi anak yang lebih penting daripada mereka.
Pihak Dinsos P3A sendiri telah melakukan berbagai upaya, dengan pembinaan-pembinaan yang ada demi masa depan perempuan.
“Kami menginginkan perempuan-perempuan di Bali itu dapat diperdayakan agar bisa menjadi perempuan yang mandiri. Dan apabila ada permasalahan yang menimpa mereka, mereka juga tidak akan putus asa atau sampai mengakhiri hidupnya,” tutur Ayu.
Perempuan akan semakin banyak memberikan pengaruh baiknya untuk menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas dan unggul.
Seperti yang diketahui, Bali tidak memiliki sumber daya alam seperti provinsi lainnya yang tentunya akan mengandalkan SDMnya.
Oleh karena itu, SDM yang dihasilkan harus berkualitas dan berpengaruh untuk bonus demografi di Bali.
Berita dilansir dari Tribun News pada 20 April 2023